Ablasi Radiasi Nuklir Lageeee, Semangat Terus ^_^
Sebenarnya saya sudah lama ingin menulis pengalaman saya saat ablasi radiasi ke 3 , tetapi belum sempat sempat juga. Hehehe.. memang kalau nulis tentang perjalanan pengobatan dan terapi itu, kadang bikin air mata mengalir sendiri hihihi.. #lebay dot com . Tetapi berhubung , banyak teman teman yang nanya saya menuliskannya, jadi saya harus bangun dari kelebayan saya itu wkwkwkw
Jadi beginilah ceritanya...
Jadwal saya ablasi nuklir isotop iodine 131, tanggal 9 Februari 2015 tempo hari (aihhh lama bangeet ya baru cerita). Nah, berhubung saya kudu menyiapkan kondisi fisik lebih prima untuk melawan gempuran isotop 131 ini, jadi tanggal 7 Februari 2015 saya sudah mendarat manis di salah satu kost di Jakarta buat istirahat. Kost saya ini hasil rekomendasi dari Bunga, teman survivor yang juga koordinator Pita Tosca. Thanks Bunga...
Senin pagi, saya sudah puasa sejak jam 7 pagi. Berhubung di dekat kost banyak warung nasi, jadi pagi itu saya pesen makan nasi uduk yang banyak. Nah, sekitar jam 11 an, saya sudah datang ke RS MRCCC siloam Jakarta. Di rs ini, udah ngga asing bagi saya. Pasalnya, saya menjalani ablasi pertama juga disini. Jadi, hampir hapal setiap sudut ruangan, apalagi ruangan ablasinya. Hihihi...
Oh ya, sekalian saya jawab pertanyaan teman teman ya.. Apaan sih ablasi itu? kenapa sih saya betah sampai 3 x ablasi nuklirnya? Trus ada juga yang nanya, apa setiap kanker tiroid harus lebih dari satu ablasinya? Begini begini, ablasi radiasi nuklir dengan isotop iodine 131, merupakan terapi yang dilakukan oleh survivor kanker tiroid seperti saya. Tujuannya jelas untuk membersihkan dan menghambat pertumbuhan sel sel kanker yang ada di diri saya .
Nah, berhubung saya termasuk telat terdeteksi kanker dan telat melakukan pengobatan kanker, jadi mesti dilakukan cara yang lebih efektif dan berliku liku ceillleeeee... Hal itu juga dilakukan karena stadium saya udah tinggi dan menyebar kebeberapa tempat, antara lain tulang belakang dan paru paru. Jadi untuk mengobatinya perlu extra kerja keras.. eitsss, jangan kuatir, ada juga kok survivor kanker tiroid yang cukup sekali ablasi, sudah langsung sembuh alias tidak perlu ablasi lagi. Tinggal menjalani proses pengontrolan rutin saja.
Oke, lanjut ya ceritanya. Pas di rs MRCCC siloam, saya bertemu dengan konsulan dokter nuklir saya, yaitu dokter Joko. Sebenarnya saya ditangani dokter Ivana, namun beliau masih cuti, jadi sementara saya ditangani dokter Joko. Sessi konsultasi pun berjalan lancar, dan saya tidak lupa menyerahkan berbagai hasil pemeriksaan medis saya sebelumnya. Dokter Joko melihat dan mengamati hasil medis saya tersebut, dan tertuju pada hasil MRI tulang belakang terakhir.
"Pasti rasanya nyeri sekali ya bu, kalau liat MRI tulang belakang ibu seperti ini?"tanya beliau sembari tertegun.
"Iya, dok. Sakit banget. Tapi alhamdulillah sudah mulai berkurang nyerinya," jawab saya sembari mengingat kembali memori metase tulang belakang yang sungguh sakit bangetttt :'(
Dokter Joko pun kembali menjelaskan prosedur pelaksanaan ablasi. Sebenarnya saya sudah tahu prosedurnya, namun tetap saja berasa melakukan ablasi pertama kali lagi hihihihi.. Setelah melakukan konsultasi, saya memberikan buku Kanker Bukan Akhir Dunia kepada beliau dan berfoto bersama. Narsis sejenaaakkk